Orang Hindu Budha Datang Ke Nusantara Sekitar Abad Ke 1 Di

ANDA pasti sudah tidak asing dengan candi Borobudur, candi Prambanan, maupun peninggalan lain – berupa prasasti dan lain sebagainya, yang tersebar di Indonesia dan menjadi objek wisata popular.

Hal tersebut merupakan bukti bahwa pengaruh agama Hindu dan Budha di Indonesia cukup besar dan menjadi salah satu pembentuk keanekaragaman budaya di tanah air Indonesia.

Masuknya agama Hindu dan Buddha ke Indonesia berawal melalui jalur perdagangan.

Baca juga : 3 Peninggalan Kerajaan Majapahit, Mulai dari Candi, Prasasti Hingga Kitab

Pada masa tersebut, sebelum bangsa kolonial datang ke Nusantara, Indonesia melakukan transaksi perdagangan dengan bangsa asing, terutama Tiongkok dan India yang merupakan pusat agama Hindu dan Buddha terbesar di Asia.

Baca juga: Selama Nataru Seluruh Wilayah Indonesia Berstatus PPKM Level 3

Kitab Bharatayudha

Mpu Sedah dan Mpu Panuluh adalah pengarang Kitab Bharatayudha yang disusun ketika masa Raja Jayabaya (1135-1159) berkuasa di Kerajaan Kediri.

Kitab ini selesai disusun pada tahun 1157 M (1079 Saka). Karangan Mpu Sedah dan Mpu Panuluh tersebut berisi gubahan cerita perang Pandawa dan Kurawa di Padang Kurusetra.

Teori Masuknya Agama Hindu dan Buddha ke Indonesia

Melalui jalur perdagangan, agama Hindu dan Buddha mulai hadir di Indonesia. Para pedagang tersebut mengajarkan agama Hindu dan Buddha ke Indonesia.

Baca juga : Ini Kerajaan Tertua Bercorak Hindu Budha di Indonesia, Simak Urutannya

Ada 5 teori yang cukup terkenal dalam menjelaskan masuknya agama Hindu dan Buddha ke Indonesia.

Menurut teori ksatria agama Hindu dibawa ke Indonesia oleh kaum militer atau prajurit dan bangsawan yang saat itu memegang kekuasaan di wilayah India. Teori ksatia dikemukakan oleh C.C. Berg, Mookerji, dan J.L. Moens,

teori ini menyatakan agama Hindu dan Buddha dibawa oleh kaum ksatria yang melalukan ekspedisi militer ke Indonesia.

Baca juga : Yuk Mengenal 6 Agama yang Diakui di Indonesia

Teori ini menyatakan kalau agama Hindu Buddha dibawa oleh pada pedagang India ke Indonesia. Agama Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh para pedagang India. Teori ini dikemukakan oleh N.J. Krom, yang berpendapat bahwa agama Hindu-Buddha masuk ke Indonesia dibawa oleh pedagang dari India.

Agama Hindu dan Buddha disebarkan dengan cara pernikahan, hubungan dagang, atau interaksi dengan penduduk setempat saat pedagang dari India dan bermukim di Nusantara yang secara spesifik merujuk kepada Indonesia atau kepulauan Indonesia di masa sekarang.

Baca juga: Yuk Kenali Sejarah Teori Masuknya Islam ke Indonesia

Baca juga : Prambanan dan Borobudur Bisa Untuk Kegiatan Keagamaan se-Dunia

Teori brahmana pertama kali dikemukakan oleh Jc.Van Leur. Teori ini menyatakan bahwa agama Hindu Buddha dibawa oleh kaum brahmana dengan dua cara, yaitu kaum brahmana dari India diundang raja-raja Indonesia dan kaum brahmana datang dari India bersama para pedagang ke Nusantara.

Teori yang dikemukakan oleh F.D.K Bosch menyatakan bahwa agama Hindu Buddha dibawa oleh orang Indonesia yang pergi belajar ke India dan ketika kembali dari India, mereka menyebarkan agama Hindu Buddha ke Indonesia.

Teori sudra dikemukakan oleh van Faber. Teori ini menjelaskan bahwa penyebaran agama dan kebudayaan Hindu Buddha di Indonesia diawali oleh para kaum sudra atau budak yang bermigrasi ke wilayah Indonesia.

Baca juga : 20 Twibbon untuk Memperingati Peran Penting Profesi Farmasi

Yuk, beri rating untuk berterima kasih pada penjawab soal!

Berikut ini adalah daftar tahun dari abad ke-1 hingga 10, yaitu dari tahun 1 hingga 1000.

Abad ke-1 adalah abad pada milenium ke-1 dalam kalender Gregorian.

Berikut adalah daftar tahun pada Abad ke-1 Masehi :

Abad ke-1 adalah abad pada milenium ke-1 dalam kalender Gregorian.

Berikut adalah daftar tahun pada Abad ke-2 Masehi :

Abad ke-2 adalah abad pada milenium ke-1 dalam kalender Gregorian.

Berikut adalah daftar tahun pada Abad ke-3 Masehi :

Abad ke-3 adalah abad pada milenium ke-1 dalam kalender Gregorian.

Berikut adalah daftar tahun pada Abad ke-4 Masehi :

Abad ke-4 adalah abad pada milenium ke-1 dalam kalender Gregorian.

Berikut adalah daftar tahun pada Abad ke-5 Masehi :

Abad ke-5 adalah abad pada milenium ke-1 dalam kalender Gregorian.

Berikut adalah daftar tahun pada Abad ke-6 Masehi :

Abad ke-6 adalah abad pada milenium ke-1 dalam kalender Gregorian.

Berikut adalah daftar tahun pada Abad ke-7 Masehi :

Abad ke-7 adalah abad pada milenium ke-1 dalam kalender Gregorian.

Berikut adalah daftar tahun pada Abad ke-8 Masehi :

Abad ke-8 adalah abad pada milenium ke-1 dalam kalender Gregorian.

Berikut adalah daftar tahun pada Abad ke-9 Masehi :

Abad ke-1 hingga 10 adalah abad pada milenium ke-1 dalam kalender Gregorian.

Berikut adalah daftar tahun pada Abad ke-10 Masehi :

tirto.id - Kitab peninggalan masa Hindu-Budha di Indonesia merujuk pada beberapa karya tulisan yang disusun pada rentang waktu abad ke 4 sampai 16 Masehi. Pada masa itu, sejumlah pujangga, cendekiawan, hingga agamawan yang sebagian mengabdi pada kerajaan aktif menulis sejumlah karya yang hingga kini masih ada jejaknya.

Sudrajat dalam Diktat Kuliah Sejarah Indonesia Masa Hindu Budha (2012) menerangkan, tanda dimulainya sejarah masa kerajaan Hindu-Budha di Indonesia adalah Prasasti Yupa. Prasasti itu merupakan bukti sejarah Kerajaan Kutai di Kalimantan pada sekitar abad ke-4 M.

Pada masa yang sama juga tumbuh Kerajaan Tarumanegara di wilayah Jawa bagian barat. Setelah itu, muncul lebih banyak lagi kerajaan-kerajaan Hindu-Budha yang bukti sejarah keberadaannya lestari hingga kini, termasuk beberapa kitab atau lontar.

Misalnya adalah Kerajaan Kaling, Sriwijaya, Mataram Kuno (Medang), Kahuripan, Kediri, Singasari, hingga Majapahit. Keruntuhan Majapahit pada abad 15 M menandai perubahan drastis di nusantara, yakni kemunculan era kesultanan-kesultanan Islam.

Peninggalan Masa Hindu-Budha di Indonesia

Peninggalan Masa Hindu-Budha di Indonesia

Masa Hindu-Budha di Indonesia meninggalkan beragam peninggalan bersejarah. Berbagai jenis peninggalan masa Hindu-Budha di Indonesia itu adalah:

Kitab Negarakertagama

Pengarang Kitab Negarakertagama adalah Mpu Prapanca. Sama dengan Sutasoma, Kitab Negarakertagama juga menjadi salah satu

Menurut catatan Slamet Muljana dalam Tafsir Sejarah Negara Kertagama (2006), tulisan Mpu Prapanca ini mengisahkan pendahulu Majapahit yang bernama Kerajaan Singhasari, beserta silsilah raja-raja dari wangsa Rajasa.

Kakawin Nāgarakrtāgama atau Kitab Negarakertagama juga memuat banyak sanjungan buat Raja Hayam Wuruk. Kitab yang sama menggambarkan pula kondisi kehidupan sosial, agama, politik, kebudayaan, sampai pemerintahan di Majapahit.

Kitab Pararaton kemungkinan disusun pada sekitar tahun 1535 Saka (1613 M). Pengarang Kitab Pararaton hingga kini belum diketahui.

Sebagaimana Negarakertagama, Kitab Pararaton juga mengisahkan riwayat dari Kerajaan Singasari dan Majapahit. Namun, Pararaton menyajikan versi cerita agak berbeda.

Dalam Kitab Pararaton, terdapat kisah hidup Ken Arok, sosok yang disebut sebagai pendiri Wangsa Rajasa yang berkuasa di Singasari dan Majapahit. Nama ini tidak terdapat dalam Kitab Negarakertagama.

Kitab Peninggalan Masa Hindu Budha di Indonesia

Kitab Peninggalan Masa Hindu Budha di Indonesia

Khusus karya tulis, ada banyak contoh kitab peninggalan masa Hindu-Budha di Indonesia yang dokumennya masih terjaga hingga kini sehingga bisa dipelajari para peneliti.

Daftar contoh kitab peninggalan masa Hindu-Budha yaitu sebagai berikut:

Pengarang Kitab Sutasoma adalah Mpu Tantular. Di dalam Kitab Sutasoma, terdapat kata "

" yang saat ini menjadi semboyan Negara Republik Indonesia. Kitab Sutasoma merupakan salah satu bukti sejarah Kerajaan Majapahit.

Mpu Tantular menyusun Kitab Sutasoma pada masa kejayaan Majapahit atau tahun 1300-an (abad ke-14 Masehi). Waktu penulisan kitab ini bertepatan dengan masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk, penguasa Majapahit yang paling sukses. Sutasoma pun memaparkan berbagai detail kondisi Majapahit pada abad 14.

Kitab Tantu Panggelaran

Kitab Tantu Panggelaran adalah karya sastra Jawa kuno yang ditulis pada tahun 1557 M. Ditulis dalam rupa prosa, kitab ini menggunakan bahasa Jawa Pertengahan. Pengarah Kitab Tantu Panggelaran tidak diketahui.

Isi Kitab Tantu Panggelaran mengisahkan asal-usul Pulau Jawa menurut versi pemikiran masyarakat Jawa pada era akhir Majapahit. Tantu Panggelaran juga menjadi sejenis buku panduan tentang semua bangunan suci (dharma) yang ada di Pulau Jawa.

Kitab Tantu Panggelaran mengisahkan asal mula keberadaan manusia di Jawa, ajaran tata kehidupan, hingga cerita pemindahan gunung mahameru dari India ke Pulau Jawa.

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

FIFA Club of the Century adalah penghargaan yang diberikan oleh FIFA untuk memutuskan klub sepak bola terbaik abad ke-20.[1][2] Real Madrid C.F adalah pemenang penghargaan dengan 42,35% suara, diumumkan pada gala tahunan Dunia FIFA, yang diadakan di Roma pada 11 Desember 2000. Madrid adalah klub paling sukses di sepak bola internasional pada saat itu, setelah mengumpulkan delapan Piala Eropa dan dua Piala Interkontinental.[3]

Dalam upacara tersebut, Alfredo Di Stéfano dan Florentino Pérez mengumpulkan trofi yang diserahkan kepada Real Madrid.[4][5] Untuk musim 2006-07 lambang telah ditambahkan ke kostum Real Madrid, memperingati status mereka sebagai FIFA Club of the Century.[6]

Sistem pemungutan suara yang digunakan untuk penghargaan, dibatasi untuk pelanggan Majalah Dunia FIFA dua bulanan (majalah resmi FIFA)[7]

Kitab Arjuna Wiwaha

Kakawin Arjunawiwāha atau Kitab Arjuna Wiwaha adalah karya sastra kuno yang dikarang pada masa kekuasaan Raja Airlangga di

(Medang-Kahuripan). Adapun Pengarang Kitab Arjuna Wiwaha adalah Mpu Kanwa.

Mpu Kanwa menyusun kitah Arjunawiwaha pada 1030 M. Isi Kitab Arjunawiwaha adalah gubahan salah satu episode kisah dalam Kitab Mahabharata, yakni Wanaparwa. Kisah ini menceritakan pertapaan Arjuna di Gunung Mahameru untuk mendapatkan senjata yang akan memenangkan Pandawa dalam perang Bharatayuda.